Hukum & Kriminal

10 Hari Saja, 4 Pria Akhiri Hidup di Malang Raya

Diterbitkan

-

Catatan Memontum.com. (repro)
Catatan Memontum.com. (repro)

Dipicu Masalah Depresi Sakit Hati, Sakit Fisik, Kesepian

Memontum Malang – Rentang 10 hari sejak awal Maret 2020, tercatat ada 4 aksi bunuh diri di Malang Raya, termasuk di Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang. Bermacam motif melatarbelakangi kasus ini dan musti menjadi perhatian serius masyarakat.

Berdasar catatan dan berita Memontum.com, dua kali kasus bunuh diri terjadi di Kabupaten Malang hanya dalam rentang seminggu. Satu kasus terjadi di Kota Malang, tidak dilaporkan ke pihak kepolisian.

Satu kasus menggemparkan terjadi di Kota Batu karena lokasi kejadian dekat Stadion Gelora Brantas Batu. Khusus musibah menimpa sopir angkot ini, bukanlah kejadian pertama kali melainkan pada bulan lalu, pernah terjadi pula aksi bunuh diri di Karanglo Singosari.

Kronologis, Selasa (3/3/2020) lalu, seorang pria melakoni aksi bunuh diri di pemukiman padat penduduk, masuk wilayah hukum Kedungkandang, Kota Malang. Kejadian ini tidak dilaporkan ke pihak kepolisian.

Advertisement

Berdasar informan Memontum.com dekat lokasi kejadian, sang pria berusia 30 tahunan itu, nekat mengakhiri hidup karena masalah keluarga, sang istri hamil dan diduga bukan hasil buah hubungan sang suami. Ironisnya, sang pria baru pulang dari luar Malang.

Rabu (4/3/2020) pukul 07.30, Badrus Soleh (27) warga Desa Bangkalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, ditemukan tewas gantung diri di atas sumur tua. Kasus ini diketahui Polsek Bululawang.

Dari keterangan saksi-saksi didapat pemicu aksi bunuh diri yaitu korban yang tinggal sendirian dan mengalami depresi sejak ditinggal meninggal sang ibu tercinta.

Senin (9/3/2020) sekitar pukul 06.00. Korban diketahui bernama Suharianto asal Kaliputih Kelurahan Sisir, Kecamatan/Kota Batu, ditemukan tewas terjerat tali di pinggir Stadion Stadion Gelora Brantas Kota Batu.

Advertisement

Pihak kepolisian belum memastikan penyebab pasti korban mengalami musibah itu dan masih dalam penyelidikan. Namun demikian, seorang saksi atau pemilik angkot menyebut jika korban selama 2 mingguan mengalami sakit, sesak nafas.

Selasa (10/3/2020) pagi, barulah musibah meninggalnya pasutri menggemparkan Desa Petungsewu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Dua warga ini, pada hari yang sama akan mendapat hasil sidang putusan terakhir proses cerai.

BACA : Tragedi Petungsewu Wagir, Tinggalkan Surat Wasiat, Minta Tanpa Otopsi

Empat kasus ini dipicu sebab dan latar belakang yang berbeda. Pemicu pertama depresi berat memikirkan masalah keluarga, kedua persoalan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan dan pemicu ketiga depresi persoalan kesehatan.

Advertisement

Dari musibah tersebut, diharapkan masyarakat dan warga lebih bersimpati dan empati pada lingkungan sekitar. Warga, tetangga atau saudara yang sedang depresi, membutuhkan perhatian orang terdekatnya. Semoga tidak berulang kembali musibah seperti ini. (tim/Memontum.Com)

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas