KREATIF MASYARAKAT

Kerajinan Kayu Mahoni dan Sonokeling Kota Batu Tembus Pasar Nusantara, Limbahnya pun Jadi Cuan

Diterbitkan

-

Kerajinan Kayu Mahoni dan Sonokeling

Memontum Kota Batu – Di tangan orang yang tepat, barang apapun akan mampu menjadi berkah. Gambaran itulah, yang menjadikan kerajinan berbahan baku kayu jenis Mahoni dan Sonokeling di Kota Batu, mampu diolah menjadi barang bermanfaat seperti alat dapur hingga alat pijat.

Ya, tepat di Dusun Rejoso, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, bisa didapati kerajinan yang ternyata mampu menghasilkan pundi yang hingga Rp 100 juta lebih pertahunnya. Bahkan, hingga limbah dari bahan baku itu, pun masih mampu dikembangkan hingga dijual lagi.

Pengrajin Mahoni dan Sonokeling, Agus Tritanto (52), mengatakan bahwa untuk saat ini barang-barang tersebut yang mendominasi pemesanan atau minat, adalah permintaan untuk alat dapur seperti cobek. Dan, yang paling banyak diminati, mulai cobek diameter 8 sampai 25 centimeter ,yang jumlah pesanannya 2 ribu biji perbulannya.

Sementara, untuk item lain seperti alat pengaduk di wajan (Sutil), entong (sendok nasi, red), rol kue, alat pijat, garukan dan lainnya pesanan di bawah 1 ribu biji. Sedangkan, untuk pemasarannya sendiri dilakukan secara langsung dengan didatangi oleh pembeli dan tidak pernah dijual lewat online.

Advertisement

“Permintaan cobek kayu, setiap bulan permintaannya dikirim ke Surabaya sebanyak 2 ribu biji. Lalu, ke Banjarmasin dan Nusa Tenggara Timur. Selebihnya, baru melayani pasar lokal di Kota Batu. Diantaranya, seperti Jatim Park, Selecta, Songgoriti, Coban Rondo juga Sengkaling,” terangnya saat ditemui di Dusun Rejoso, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Minggu (18/06/2023) tadi.

Kalau dihitung nilai rupiah, ungkapnya, untuk pemesanan ke Banjarmasin, dimana orderan campur setiap bulan seperti cobek, sutil, sendok nasi, alat garuk, alat pijat bila diuangkan bisa sebesar Rp 40 juta. Sedangkan, di Nusa Tenggara Timur sekali order Rp 30 juta. Dengan catatan, bila barang habis dan belum lagi dari pesanan lokal.

“Ya, penghasilan kalau dihitung perbulan tidak tentu. Tetapi, kalau pertahun ya rata-rata Rp 100 juta lebih,” ujarnya.

Baca juga :

Advertisement

Untuk harga yang dibandrol, imbuh Agus, sebenarnya tidak terlalu mahal. Misalnya, dalam harga jumlah besar (Kulakan) cobek diameter 15 centimeter harganya Rp 6 ribu, lalu diameter 17 centimeter harganya Rp 7 ribu kemudian diameter 20 centimeter harganya Rp 8 ribu.

Untuk alat ulegnya dari bahan kayu Mahoni, dibandrol harga Rp 2 ribu. Kalau, dari bahan kayu pohon kelapa, dihargai Rp 3 ribu. Sutil dan sendok nasi dibandrol harga Rp 2.400 dan lainnya juga dibandrol dengan harga yang terjangkau.

“Jadi, selama dua tahun saya geluti kerajinan kayu, ini untuk keuntungan tidak terlalu banyak. Yang penting, orderan jalan terus,” tuturnya.

Bahan kayu baik Mahoni maupun Sonokeling yang dibutuhkan, imbuhnya, secara teknis untuk sendok nasi dan sutil dibutuhkan ketebalan kayu 1,2 centimeter. Lalu, cobek kayu dibutuhkan ketebalan 3 centimeter serta telenan 1,6 centimeter.

“Untuk limbah memang juga banyak yang butuh. Kayu potongan biasanya diambil pengrajin tahu satu pikap Rp 300 ribu. Terus, serbuk kayunya satu sak Rp 5 ribu. Alhamdulillah, kami disini berpenghasilan dalam setahun Rp 100 juta lebih dan ini merata di kampung pengrajin ini,” paparnya.

Advertisement

Perlu diketahui, beberapa item alat dapur berbahan kayu yang diproduksi di Dusun Rejoso, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, diantaranya cobek dan ulegnya, lumpang dan penumbuknya, sendok nasi, sutel, gelas kayu, tempat telor, telenan, kemudian alat pijat serta alat garuk juga alat kerajinan lain. (put/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas