SEKITAR KITA

Perhimpunan Perunggasan Indonesia Gelar Rembuk Nasional

Diterbitkan

-

Soroti masalah HPP, terutama dampak bagi peternak rakyat mandiri

Memontum Kota Batu – Sekitar 130 pengusaha unggas se-Jawa dan Bali, menggelar ‘Rembuk Perunggasan Nasional’, Kamis (10/12) tadi.

Sejumlah pengusaha yang tergabung dalam wadah Perhimpunan Perunggasan Indonesia (Pinsar) itu, menggelar acara di salah satu hotel di Kota Batu, dengan sasaran yang salah satunya mengenai peternak boiler (ayam) selama dua tahun yakni terhitung 2018 dan 2019, semakin merugi dengan harga jual ayam hidup di bawah HPP (harga pokok penjualan).

Ketua Pinsar, Choliq, dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa harga jual ayam yang ideal adalah dengan HPP Rp 18.500. Hanya saja, dalam perkembangannya selama dua tahun terakhir, justru berada dikisaran harga Rp 8 ribu sampai Rp 12 ribu.

“Kalau masalah ini tidak ditolong oleh pemerintah, semua peternakan rakyat akan habis atau mati. Yang bertahan hanya pabrik-pabrik saja pastinya,” kata Choliq.

Advertisement

Sesuai dengan Permentan (Peraturan Menteri Pertanian) Nomor 32 tahun 2017 tentang distribusi DOC (kuota distribusi anak ayam usia sehari = day old chick/DOC) untuk peternak mandiri, harus bisa sampai 50 persen dari total produksi DOC pabrikan.

Harapannya, pemerintah tetap melindungi harga ideal HPP dan bisa menciptakan peraturan yang tertulis untuk perlindungan peternak rakyat ini.

Dengan tujuan dibuatkannya peraturan tersebut, dapat memberi rumusan dan batasan harga jual DOC supaya terjangkau oleh peternak rakyat mandiri. Sehingga, HPP nya dapat bersaing dengan perusahaan integrator.

“Karena peternak rakyat sendiri, itu dibagi menjadi dua. Ada yang mandiri dan ada yang binaan pabrik. Nah, yang mandiri ini, harapannya lebih diperhatikan lagi. Karena, harga jual kita di bawah HPP,” keluh Choliq, mensikapi perkembangan yang ada. (cw2/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas