Politik
Penyakit Mata Ayam Petani Apel Batu Butuh Solusi, Bukan Keyakinan
Memontum Kota Batu – Kepercayaan diri Dinas Pertanian (Dispertan) Kota Batu, bahwa Buah Apel di Kota Batu, tidak akan punah, mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak.
Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Batu, Ludi Tanarto, mengatakan bahwa apabila benar, maka dinas seharusnya ikut memproteksi keberlangsungan petani apel.
Karena, masalah yang tengah dihadapi petani ini, justru tidak ada tindakan yang komprehensif. Sehingga, jelas ini bukan solusi yang baik. Karena, untuk menyelesaikan masalah seseorang harus prihatin terlebih dahulu. Sehingga, bisa mengetahui duduk permasalahan.
“Jika kecemasan saja tidak ada, maka ya tidak ada goodwill untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi petani. Padahal, masalah yang dihadapi petani ada di depan mata,” ujarnya, Selasa (20/01) tadi.
Dirinya merasa, langkah yang dilakukan oleh pihak eksekutif dalam hal ini adalah Dispertan Kota Batu, masih jauh dari harapan. Sehingga, permasalahan ini akan berlarut-larut karena tidak tertangani.
Masih menurut Ludi, selama tiga tahun belakangan ini, petani apel di Kota Batu mengalami kerugian akibat penyakit mata ayam yang belum ditemui solusinya. Sehingga, berdampak pada harga pasar yang kalah dengan apel impor membuat petani apel semakin tercekik.
“Petani kita itu sebenarnya kreatif, mereka bisa menemukan solusinya sendiri di dalam proses produksi. Namun harus ada jaminan harga yang stabil karena itu yang menjadi harapan mereka, sebab yang jadi permasalahan itu karena selama ini antara biaya produksi dan hasil tidak berimbang dengan laba yang sedikit bahkan cenderung merugi,” tambahnya.
Seharusnya, ujarnya, perawatan tanaman apel ini didukung oleh semua pihak. Karena, apel ini ikon Kota Batu yang harus dipertahankan.
Dirinya mencontohkan, harusnya Dispertan l, bersinergi dengan Diskumdag dalam jaminan harga hasil panen apel. Regulasi apel impor juga harus dibuat oleh Diskumdag untuk membatasi distribusinya.
“Sehingga apel lokal Kota Batu bisa terangkat menjadi kebanggaan Kota Batu kembali. Namun hal itu sepertinya belum dilakukan,” paparnya.
Selain itu, seharusnya Dispertan mengeluarkan solusi dalam bentuk teknologi-teknologi untuk menyelesaikan penyakit mata ayam ini. Ludi mengatakan bahwa Dispertan seharusnya menggandeng akademisi dari berbagai universitas yang hasil penelitiannya bisa diterapkan ke petani apel Kota Batu.
Lalu, dirinya menambahkan, bahwa eksekutif harus membuat sistem perputaran ekonomi yang memadukan antara pertanian dan pariwisata.
“Misalnya, hotel di Kota Batu wajib untuk menyediakan apel lokal di setiap kamar, minimal dua buah. Dengan kalkulasi berapa kapasitas kamar hotel yang ada di Kota Batu. Dan tingkat kunjungan pada saat normal. Kalau itu bisa dilakukan tentu petani kita terbantu. Sehingga wisatawan yang datang mencicipi apel lokal Kota Batu, jika rasanya enak kan mereka tertarik untuk membeli,” jelasnya.
Terakhir, Dispertan menurut Ludi, harusnya memberi slot anggaran khusus untuk program pemeliharaan apel Kota Batu. Selama ini menurutnya belum dilakukan. (bir/sit)
- Pemerintahan5 tahun
Fraksi PKB dan Gerindra Sepakat APBD 2020 Tetap di Kisaran Rp 1 Triliun Lebih dengan Mendongkrak Peningkatan PAD Kota Batu
- Pemerintahan5 tahun
Usai Hadiri Pemakaman Saudara di Pujon, Puluhan Warga Sumberejo Jalani Screening
- Pemerintahan5 tahun
Batu Paradise Factory Outlet Masih Bandel Buka, Meski Sudah Dapat Teguran
- Hukum & Kriminal5 tahun
Rugikan Nasabah, Koperasi Delta Pratama Dilabrak Pemuda Pancasila
- Pemerintahan5 tahun
Pasar Batu Berpotensi Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19
- Berita4 tahun
JTP Group Bangun Batu Love Garden Ajak Partisipasi Warga Sekitar
- Berita5 tahun
Pendaki Gunung Buthak Ditemukan Tewas, Lari Dari Rombongan Diduga Kesurupan
- Berita5 tahun
Warga Mojorejo Luruk Perumahan Taman Harmoni, Pasca Salah Satu Pekerjanya Diketahui Sakit