Kota Batu
Cegah Tanah Gerak di Dusun Brau, BPBD Kota Batu Gandeng PTN dan Gunakan Ampas Tebu
Memontum Kota Batu – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu mulai melakukan penelitian untuk mencari solusi pencegahan tanah gerak di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Pelaksanaan penelitian tersebut, dilakukan dengan melibatkan akademisi perguruan tinggi negeri (PTN) Malang dan Jakarta
Analis Kebencanaan Ahli Muda BPBD Kota Batu, Sudarwito, mengatakan sejak terjadinya tanah gerak pada awal Desember 2022 yang lalu, hingga menyebabkan keretakan dinding sekolah dasar satu atap, memang sebelumnya sudah dibangun dua sumur pelega. Tujuannya, untuk berfungsi mengurangi tekanan dalam tanah dengan cara mengeluarkan air bawah tanah.
“Kami sedang melakukan penelitian untuk mencegah terjadinya bencana tanah gerak di Dusun Brau. Dan, ini kami lakukan bersama dua akademisi politeknik negeri dari Jakarta dan Malang,” terangnya di Kantor BPBD Kota Batu, Kamis (08/06/2023) tadi.
Penyebab tanah gerak itu, ujarnya, setelah diamati dikarenakan volume air yang berlebihan di titik bencana. Dalam kondisi tersebut, ketika ada bencana longsor jarak 400 sampai 500 meter, maka titik bencana tanah gerak itu bereaksi. Sehingga, menyebabkan ketinggian tanah turun dan bangunan menjadi retak.
Baca juga:
- Cleaning Area Pengunjung, Manajemen Jatim Park 3 Kota Batu Sebut Tak Ada Korban Jiwa
- Wisata Jatim Park 3 Kota Batu Alami Kebakaran
- Sinergitas Bidhumas Polda Jatim dan Awak Media, Deklarasikan Pilkada 2024 Berjalan Damai dan Kondusif
- Partai Nasdem Rekomendasi KD dan Dewa Kresna Maju Pilkada Kota Batu 2024
- 5 Tahun SERU.co.id, Komitmen Suguhkan Berita Tepercaya Jadi Rujukan Masyarakat
“Secara alami, kami sudah membuat sumur pelega untuk mengurangi kandungan air dalam tanah yang yang terlalu besar hingga menjadi titik gerak. Kalau air tanah ini juga banyak berkurang, yang dikhawatirkan juga menimbulkan rongga. Sehingga, akan menyebabkan tanah ambles. Jadi, lewat penelitian ini meski sudah ada sumur pelega juga dibuat cara lain,” terangnya.
Bagaimana teknik dari penelitian itu, Sudarwito mengurai, pertama kali dilihat dari radius tanah gerak ini antara 100 sampai 150 centimeter. Apabila terjadi penurunan yang disebabkan gerakan tanah bisa sampai 1 meter, maka setelah dipelajari diperlukan ampas tebu dan geotekstil.
Mengapa ada ampas tebu, tambahnya, karena ampas tebu mengandung silika yang tinggi. Sehingga, saat bercampur dengan tanah bisa terikat padat. Dan, gemburnya tanah akibat banyaknya kandungan air, bisa memadat. Yang kemudian, peran geotekstil dihamparkan di bawah tanah dengan tujuan untuk mengurangi reaksi gerakan tanah yang ditimbulkan oleh titik lain yang terjadi bencana longsor.
“Tanah gerak itu, bisa juga terjadi ketika tanah itu ambles serta tanah itu mengalami longsor. Nah, di Dusun Brau ada semua. Untuk itu, kita lakukan penelitian dan kajian bagaimana cara pencegahannya. Saat ini, penelitian tadi sedang diuji di laboratorium,” paparnya. (put/sit)
- Pemerintahan5 tahun
Fraksi PKB dan Gerindra Sepakat APBD 2020 Tetap di Kisaran Rp 1 Triliun Lebih dengan Mendongkrak Peningkatan PAD Kota Batu
- Pemerintahan5 tahun
Usai Hadiri Pemakaman Saudara di Pujon, Puluhan Warga Sumberejo Jalani Screening
- Pemerintahan5 tahun
Batu Paradise Factory Outlet Masih Bandel Buka, Meski Sudah Dapat Teguran
- Hukum & Kriminal5 tahun
Rugikan Nasabah, Koperasi Delta Pratama Dilabrak Pemuda Pancasila
- Pemerintahan5 tahun
Pasar Batu Berpotensi Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19
- Berita4 tahun
JTP Group Bangun Batu Love Garden Ajak Partisipasi Warga Sekitar
- Berita5 tahun
Pendaki Gunung Buthak Ditemukan Tewas, Lari Dari Rombongan Diduga Kesurupan
- Berita5 tahun
Warga Mojorejo Luruk Perumahan Taman Harmoni, Pasca Salah Satu Pekerjanya Diketahui Sakit