Kota Batu

Aduk Jenang, Wadah Silaturahmi Warga Serta Melestarikan Budaya Warisan Leluhur

Diterbitkan

-

Memontum Kota Batu – Jenang merupakan jajanan tempo dulu yang wajib ada saat masyarakat mengadakan hajatan, karena pada masa itu jenang menjadi simbol strata sosial bagi masyarakat serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME, bukan sekedar makanan khas yang digemari oleh penduduk Jawa. Lebih dari itu, jenang ternyata memiliki filosofis bagi masyarakat Jawa.

Selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya, jenang juga dijadikan simbol doa, persatuan, harapan, dan semangat masyarakat. Untuk itu guna melestarikan budaya warisan leluhur,

Baca Juga:

    Warga Rt 1 Rw 2, Dusun Gondang, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Puluhan warga dengan kompak mengaduk jenang di 3 kuali besar berdiameter kurang lebih 1 meter.

    Bukan hanya sebagai uri-uri budaya Jawa, harapannya kegiatan tersebut bisa menjadi wadah silaturahmi. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Tulungrejo, Suliono. Menurutnya kegiatan ini merupakan salah satu wujud syukur serta rangkaian selamatan desa dan memperingati Hari Kemerdekaan ke 76 RI.

    Advertisement

    “Paling penting yaitu bisa memupuk rasa kebersamaan warga. Makanya kami mengambil tema seduluran selawase yang memiliki arti menjadi saudara selamanya,” katanya, Senin (23/08).

    Sebelumnya, Desa Tulungrejo sudah melakukan kegiatan serupa tingkat pemdes dan sekarang dilaksanakan ditingkat RW secara bergiliran. Nanti bila jenang sudah selesai akan dibagikan secara merata kepada warga Rt 1 yang berjumlah 45 Kepala Keluarga (KK).

    Sementara itu, tokoh masyarakat setempat Khamim Tohari mengapresiasi kegiatan yang dilakukan masyarakat secara swadaya tersebut. Selain untuk memperingati selamatan desa dan kemerdekaan, kuali jenang bisa jadi wadah silaturahmi.

    “Meski bertetangga terkadang kita jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Nah kuali ini bisa jadi wadah kita bertegur sapa, bercanda, dan ngobrol bersama. Sehingga bisa memupuk rasa persaudaraan,” urai Khamim.

    Advertisement

    Pria yang juga menjadi anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Batu juga ikut mengaduk jenang dan sesekali bercengkrama sesama pengaduk jenang. Selain itu Khamim juga bakal membawa budaya desanya menjadi daya tarik wisata untuk mempromosikan pada dunia luar, sehingga bisa menarik para wisatawan untuk bertandang.

    “Sesuai visi misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu yaitu desa berdaya kota berjaya kita akan memaksimalkan untuk menjadikan Desa Tulungrejo menjadi desa wisata mandiri dan mampu memberikan dampak perekonomian bagi masyarakat setempat,” uajarnya.

    Kemudian, penanggung jawab kegiatan, Qomarudin, menjelaskan dari setiap kuali warga mengaduk adonan seberat 25 kilogram. Terdiri dari campuran tepung beras 20 kilogram, tepung ketan 5 kilogram, gula merah 25 kilogram, dan 4 kilogram gula putih. “Dari komposisi itu kita aduk selama 6 jam sampai menjadi adonan seberat 25 kilogram. Saat mengaduk api harus kecil dan tidak boleh berhenti agar tidak gosong, makanya peran serta semua warga dibutuhkan untuk membuat jenang yang memiliki cita rasa nikmat,” urai Qomarudin. (bir/ed2)

    Advertisement
    Advertisement
    Click to comment

    Tinggalkan Balasan

    Terpopuler

    Lewat ke baris perkakas