Berita

Pusdik Arhanud Pamerkan Alutsista, Agar Masyarakat Tahu Sejarah Persenjataan

Diterbitkan

-

Pusdik Arhanud Pamerkan Alutsista, Agar Masyarakat Tahu Sejarah Persenjataan

Memontum Kota Batu – Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud) memamerkan alat utama sistem senjata (Alutsista) di sepanjang jalan depan markas, Jalan Ksatrian Arhanud, Desa Pendem, Junrejo, Minggu (6/10/2019). Pemeran Alutsista itu bagian dari perayaan HUT TNI dan Festival Tabebuya. Acara tersebut merupakan berkolaborasi Pusdik Arhanud dengan Karang Taruna Desa Pendem.

Komandan Pusat Pendidikan Arhanud Kolonel Arh Syaepul Mukti Ginanjar menjelaskan, alutsista yang dipamerkan merupakan senjata utama yang dimiliki Pusdik Arhanud. Tahun pembuatan alutsista yang dipamerkan mulai tahun 1940 hingga 2012.

“Alutsista Pertama yang kami miliki adalah di tahun 1940 an, sampai produksi yang terbaru tahun 2012,” ujar Syaepul, Minggu (6/10/2019).

Dikatakan Syaepul, senjata yang dipamerkan adalah senjata mesin berat 12.7, kemudian L70 40 mm dan 57 mm, termasuk senjata terbaru 2012 Rudal Mistral.

Advertisement

“Ada satu alutsista yang sudah tidak aktif,” terang mantan Asisten Perencanaan Kodam XIV Hasanudin itu.

Senjata tua hingga terbaru itu sengaja dipamerkan agar masyarakat mengetahui perjalanan sejarah persenjataan TNI AD, khususnya Arhanud. Syaepul mengungkapkan, dalam sejarahnya, pertahanan udara memiliki rudal tua yakni Rudal Rapier. Rudal itu juga dipamerkan, termasuk rudal terbaru Mistral.

“Kami ingin agar masyarakat jangan melupakan sejarah. Sejarah pertama punya rudal adalah Rapier. Kemudian sejarah terbaru adalah Mistral. Jadi kami berkesinambungan,” ungkapnya.

Diterangkan Syaepul, Arhanud adalah benteng terakhir pertahanan jika pesawat musuh masuk wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, persenjataan sangat penting. Sesuai dengan tema HUT TNI kali ini, TNI Profesional Kebanggaan Rakyat, menurut Syaepul keberadaan persenjataan canggih dan terbaru merupakan bentuk profesional TNI.

Advertisement

“Jadi ketika pesawat tempur musuh masuk, yang pertama adalah buru sergap TNI AU. Jika lewat terus, Arhanud yang mengamankan. Ini tembok terakhir,” ungkapnya.

Syaepul berharap, ketika masyarakat tahu akan sejarah persenjataan maka muncul kebanggaan terhadap TNI. Dengan sama-sama bangga, menurut Syaepul, akan tercipta kemanunggalan TNI dengan rakyat. (bir/yan)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas