Kabar Desa
Biaya Tanaman Apel Tinggi, Petani Kota Batu Mulai Beralih ke Tanaman Jeruk
Memontum Kota Batu – Dikenal sebagai Kota Apel, ternyata saat ini banyak petani di Kota Batu, yang mulai beralih sebagai pertanian jeruk. Ini disebabkan, biaya perawatan apel setelah panen, yang terlalu tinggi dibandingkan jeruk.
Salah seorang petani jeruk warga Dusun Gempol, Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Mahar Krisdianto, mengatakan jika selama enam tahun ini tanaman apel di Kota Batu, belum pernah panen. Untuk itu, dalam kondisi tersebut banyak petani apel yang pindah ke pertanian jeruk.
“Sekarang banyak petani apel yang beralih ke pertanian jeruk. Seperti saya sekarang, itu yang saya tanam adalah Jeruk Keprok Punten,” terangnya, saat berada di areal pertanian, Minggu (10/09/2023) tadi.
Mengapa banyak petani apel yang beralih ke pertanian jeruk, paparnya, karena biaya operasional yang tidak terlalu tinggi. Dari pengalamannya, menanam apel dengan luasan 3 ribu meter persegi, yang bisa ditanami sebanyak 300 bibit. Hingga saat ini, justru rugi karena proses panennya dan perawatannya yang sulit.
Baca juga :
“Saya menanam apel, itu sebenarnya sudah sejak tahun 1980. Dari 300 bibit yang saya tanam, itu operasional semusim dari habis panen ke panen berikutnya, masih harus mengeluarkan biaya Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Berbeda dengan jeruk, biaya operasional jeruk dalam kondisi dari habis panen berjalan selama delapan bulan panen berikutnya sebesar Rp 20 juta. Perbandingan tinggi ini yang salah satunya menjadi pengaruh petani apel beralih ke jeruk,” tuturnya.
Lebih dari itu, jelas Mahar, selain biaya perawatan yang membuat petani apel pindah ke jeruk, siklus panen apel sekali panen bisa langsung habis. Setelah itu, proses perawatan perontokan daun hingga pengobatan tanaman sampai panen berikutnya. Inilah yang memakan biaya besar.
Namun, ujarnya, ini berbeda untuk jeruk bisa dilakukan panen secara berkala hingga empat kali dalam satu tahun. Dan, perawatan hanya potong cabang pohon setelah panen. Sehingga, tidak butuh banyak tenaga manusia dibanding apel.
“Apel yang sudah saya tanam dan umurnya sudah tua, ya saya biarkan saja. Penting saya rawat. Karena itu tanaman keluarga. Tetapi, memang yang hasil produksi tinggi adalah jeruk. Yang jelas, teman-teman petani jeruk di Kota Batu ini bekas petani apel. Mereka beralih, karena biayanya operasional apel sangat tinggi,” paparnya. (put/sit)
- Pemerintahan5 tahun
Fraksi PKB dan Gerindra Sepakat APBD 2020 Tetap di Kisaran Rp 1 Triliun Lebih dengan Mendongkrak Peningkatan PAD Kota Batu
- Pemerintahan5 tahun
Usai Hadiri Pemakaman Saudara di Pujon, Puluhan Warga Sumberejo Jalani Screening
- Pemerintahan5 tahun
Batu Paradise Factory Outlet Masih Bandel Buka, Meski Sudah Dapat Teguran
- Hukum & Kriminal5 tahun
Rugikan Nasabah, Koperasi Delta Pratama Dilabrak Pemuda Pancasila
- Pemerintahan5 tahun
Pasar Batu Berpotensi Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19
- Berita4 tahun
JTP Group Bangun Batu Love Garden Ajak Partisipasi Warga Sekitar
- Berita5 tahun
Pendaki Gunung Buthak Ditemukan Tewas, Lari Dari Rombongan Diduga Kesurupan
- Berita5 tahun
Warga Mojorejo Luruk Perumahan Taman Harmoni, Pasca Salah Satu Pekerjanya Diketahui Sakit