Pemerintahan

Dinas Pertanian Kota Batu, Klarifikasi Hasil Kerjasama BPPT dengan Gapoktan

Diterbitkan

-

Dinas Pertanian Kota Batu, Klarifikasi Hasil Kerjasama BPPT dengan Gapoktan

Memontum Kota Batu – Berawal dari kekecewaan seorang petani yang sekaligus peneliti bibit kentang varietas baru, Rudy Madiyanto dari Desa Sumberbrantas. Kepala Dinas Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono akhirnya memberikan penjelasan terkait dana penelitian yang diperuntukkan kepada para petani di Desa Sumber Brantas, Kota Batu.

Sebelumnya, diberitakan bahwa peneliti sekaligus petani asal Desa Sumber Brantas, Rudy Madiyanto mengutarakan kekecewaannya karena anggaran dana penelitian yang telah ia tandatangani tidak jelas realisasinya.

Dikatakan Rudy, saat itu ia meneken tandatangan untuk penganggaran senilai Rp 1,2 M dari Kemenristek Dikti melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong. Belakangan diketahui bahwa Rp 1,2 M itu adalah dana usulan, namun realisasinya yang cair senilai sekitar Rp 570 juta.

Sugeng menegaskan bahwa anggaran Rp 570 itu turun dari pemerintah pusat ke kelompok tani Sumber Jaya di Desa Sumber Brantas. Sedangkan Dinas Pertanian Batu tidak tahu menahu terkait anggaran tersebut. Dikatakannya, Dinas Pertanian Batu hanya bertindak sebagai fasilitator.

Advertisement

“Jadi perlu saya luruskan. Angka Rp 1.2 M itu adalah usulan, namun yang disetujui Rp 570 juta. Anggaran itu berupa sarana dan prasarana (sarpras), lalu pengembangan keilmuan dan biaya perjalanan ke Batu,” ujarnya, Kamis (25/6/2020).

Sugeng mengaku baru mengetahui kalau anggaran yang disetujui sekitar Rp 570 juta setelah menghubungi pihak BPPT dengan disaksikan ketua Gapoktan Sumber Jaya, Joni serta satu anggota dan Rudy pada Kamis (25/6/2020).

“Baru saja saya menghubungi orang BPPT dan baru tahu kalau yang disetujui itu senilai Rp 570 jutaan. Tadi semuanya mendengar karena saat telpon, suaranya diperkeras,” terang Sugeng.

Namun Sugeng tidak memberi tahu siapa orang BPPT yang ia hubungi. Diterangkan Sugeng, proyek dari BPPT itu telah selesai. Proyek berlangsung selama tiga tahun sejak 2016 hingga 2018. Proyek tersebut memang untuk pengembangan pertanian kentang di Sumber Brantas.

Advertisement

Proyek itu menyisakan antara lain green house yang kondisinya tidak terawat saat ini. Pasalnya, pada akhir 2019 lalu diterpa angin kencang. Sugeng juga mengatakan kalau ada anggaran Rp 10 juta namun untuk pembayaran sewa lahan kebutuhan pertanian.

Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Jaya, Joni mengatakan kalau bantuan yang diterimanya salah satunya adalah bibit kentang. Bibit kentang tersebut dikelola dan dikembangkan di Desa Sumber Brantas.

“Bantuannya dalam bentuk bibit kentang. Sejak ada bibit itu, bibit kentang di Sumber Brantas tidak pernah lagi impor,” katanya.

Ditanya terkait kucuran dana dari pusat ke Gapoktan Sumber Jaya, Joni mengatakan kalau anggaran berbentuk sarana dan prasarana yang mendukung pembibitan kentang. Ternyata selama ini Rudy tidak banyak dilibatkan dalam Gapoktan. Padahal Rudy adalah orang yang menandatangani anggaran untuk mendukung pembibitan kentang di Sumber Brantas. Joni juga mengaku baru mengetahui kalau anggaran yang disetujui Rp 570 juta.

Advertisement

Sementara itu, Rudy mengaku kecewa karena hasil temuannya terhadap varietas kentang tidak dimanfaatkan dengan baik. Bahkan cenderung dimanfaatkan oleh pihak lain. Rudy bahkan mengatakan kesulitan mengembangkan temuannya di kampung halamannya sendiri.

“ Di Jawa Tengah saya banyak membina petani, bahkan kerjasama berjalan sangat baik, tapi di sini di kampung halaman saya sendiri (Batu, Red) justru kesulitan,” katanya dengan nada heran.

Rudy juga mengaku baru mengetahui kalau anggaran yang disetujui senilai Rp 570 jutaan juga.

“Tapi yang penting hubungan dengan BPPT yang awal adalah nitip bibit. Saya berharap bibit yang saya titipkan itu bisa berjalan baik seperti program di sebuah universitas di Belanda,” katanya.

Advertisement

Awalnya Rudy menitipkan 10 varietas kentang temuannya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong. Kemudian turun anggaran untuk mengembangkan bibit milik Rudy yang dititipkan tersebut. Kalau tidak ada 10 jenis itu, anggaran tidak bisa dicairkan.

“Kalau ternyata anggaran turun ke Gapoktan ya silahkan, tapi benihnya jangan dikeluarkan dulu karena belum matang. Kalau sudah matang, silahkan siapapun yang membawa. Nah kalau begini, bagaimana cara kerjasamanya. Saya pikir selisih semuanya,” katanya.

“Kita juga antara Gapoktan, saya juga anggota Gapoktan. Terus sinkronnya di mana? Anggap saja saya sebagai tim risetnya Gapoktan kan ciamik begitu, saya ingin, idealisme dan saya dihargai sebagai peneliti. Jangan diplilntir-plintir, ya bingung saya,” tegas Rudy. (bir/yan)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas