SEKITAR KITA

Pasar Sayur Batu, Nasib Mu Kini Sepi. Gebyar Mu Tak Seirama Asa Mu

Diterbitkan

-

Pasar Sayur Batu, Nasib Mu Kini Sepi. Gebyar Mu Tak Seirama Asa Mu

Memontum Kota Batu – Setahun lalu, persisnya 17 Februari 2020, Wali Kota Batu, Hj Dewanti Rumpoko, memberikan asa besar dalam peresmian Pasar Sayur Kota Batu.

Maklum, Batu sebagai Kota Pertanian, sudah pasti memiliki peluang besar dalam mengekplorasi hasil pertanian di kalangan petani.

Tidak hanya itu, dalam peresmian tersebut, pun digelar dengan gebyar cukup meriah. Hadir sejumlah Forkompinda Kota Batu, yang kala itu pandemi Covid-19 memang masih belum melanda Indonesia secara global.

Baca: Antusias Wisatawan ke Coban Putri Sepi

Advertisement

Harapan besar, disampaikan Wali Kota Dewanti, agar pasar berdampak positif terhadap masyarakat Kota Batu. Terkhusus, untuk para pedagang.

Seiring berjalannya waktu, atau setahun persis berlalu, memontum.com yang Rabu (17/02) tadi ingin memantau perkembangan asa pasar, mendapati kenyataan yang berbeda. Kondisi pasar tampak sepi dan tidak sampai 20 persen, bedak dan kios yang buka.

Pada bedak di deretan depan misalnya, nampak beberapa pedagang bawang merah dan putih serta pedagang kentang, sedang memilah dan mensortir barang dagangannya. Sedangkan di dalam pasar, hanya ada tumpukan sayur kol dan sawi putih. Itu pun, juga dalam jumlah yang relatif sedikit untuk ukuran pasar sayur yang cukup luas tersebut.

Salah satu pedagang, Hj Kasiani, saat ditemui memontum.com menuturkan, kondisi saat setelah diresmikan hingga sampai saat ini, masih sepi.

Advertisement

“Kondisinya tidak berubah, masih saja sepi. Mungkin, ini karena masih pandemi dan bakul atau penjual, banyak yang belanja di pasar sayur Karangploso dan Mantung di Kabupaten Malang,” ujar Kasiani, yang sudah berdagang sejak Tahun 1985 ini.

Ketua komisi B DPRD Kota Batu, H Hari Danah Wahyono, menyikapi kondisi pasar sayur yang sepi aktivitas, menilai karena ada beberapa faktor.

“Pasar sayur Kota Batu, memang tidak seperti pada masa keemasannya dulu, sekitar tahun 1990 an. Di mana, pada waktu itu barang kebutuhan para tengkulak seperti bawang merah dan putih, menjadi primadonanya. Selain, kentang dan sayur lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, bawang putih sudah mulai langkah. Penyebabnya, masuknya bawang impor dan produksi lokal kalah bersaing karena konsumen lebih memilih bawang putih impor yang besar-besar hingga petani tak lagi menanamnya,” jelas abah Nanang, panggilan akrab politisi Gerindra ini.

Selain itu, perubahan Kota Batu yang sedang berkembang menjadi tempat wisata, juga turut menjadi akibat karena jalanan kota sering macet.

Advertisement

Ditambah, dengan berkembangnya pasar sayur Mantung di Pujon dan Karangploso Kabupaten Malang, menjadikan para tengkulak tidak perlu repot-repot masuk ke Kota Batu.

Diakuinya, posisi kedua pasar milik Kabupaten Malang itu, berada pada pintu masuk ke Kota Batu, dari arah Timur ada pasar sayur Karangploso dan di sisi barat ada pasar sayur Mantung di Pujon.

“Tentu saja, kedua pasar sayur tersebut lebih representatif bagi para tengkulak, sebab barang tersedia dengan lengkap, dan yang jelas tidak kena macet,” tambahnya.

Baca Juga: PPKM Batu Berdampak Pada Okupansi Hotel dan Resto di Bawah 10 Persen

Advertisement

Dalam kondisi seperti saat ini, menurut Abah Nanang, pemerintah harus memiliki solusi dan bisa berinovasi agar pasar sayur tidak sepi bahkan mangkrak.

“Pemerintah, melalui dinas harus hadir dan memberikan solusi kepada para pedagang. Memiliki inovasi bagaimana membuat konsep baru, mengajak berdiskusi,” paparnya.

Ide menjadikan pasar sayur sebagai rest area, tambahnya, mungkin bisa dilakukan. Namun, sasaran dan tujuannya, harus jelas.

Selain menarik minat wisatawan yang berkunjung ke Batu, juga memiliki alternatif untuk mengajak wisatawan sekaligus sambil belanja di Pasar Sayur Batu.

Advertisement

“Pedagang yang memiliki SK, tetap di prioritaskan. Tetapi, kembali lagi harus didiskusikan dahulu,” paparnya. (bir/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas