Pemerintahan
Walikota Batu Apresiasi Sistem dan Konsep Art Farming
Libatkan Kaum Milenial Peduli Mengembangkan Pertanian Modern
Memontum Kota Batu – Dinas Pertanian Kota Batu, membuat terobosan baru. Yakni, menggandeng kaum milenial untuk menampilkan konsep pertanian yang diharapkan dapat menjadi konsep baru dalam pengembangan di sektor pertanian. Sehingga, dapat lebih meningkatkan kesejahteraan petani dan membuat anak muda masa kini, lebih mencintai sektor pertanian yang dikelola secara modern.
Bertempat di Sawah Rojo Desa Pesanggrahan, dilakukan Launching Art Farming, yang dihadiri langsung Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko dan beberapa Kepala OPD Pemkot Batu, Minggu (8/11) pagi. Dalam kesempatan itu, Wali Kota Batu sangat mengapresiasi gagasan serta konsep art farming dan memberikan dukungan agar Dinas Pertanian, dapat memfasilitasi kaum milenial.
“Saya sangat bangga terhadap kaum milenial yang mampu berkolaborasi dengan petani senior. Ke depan, saya menginginkan agar Dinas Pertanian, bisa memfasilitasi kebutuhan dari konsep tersebut,” kata Dewanti bangga.
Penggagas konsep Art Farming, Herman Aga, menjelaskan kalau gagasan tersebut berdasarkan keprihatinan kaum milenial atas minimnya kepedulian kaum muda terhadap pertanian. Padahal, sektor ini merupakan dasar dari ketahanan pangan nasional. Serta, mirisnya pembangunan di Kota Batu, yang lahan pertanian produktifnya semakin berkurang karena kebutuhan pembangunan. “Konsep ini menjadi alternatif masyarakat untuk berekreasi namun tetap melestarikan alam,” katanya.
Ditambahkan, Sawah Rojo Art Farming sebagai manajemen pengelola lahan petani, yang menawarkan kepada masyarakat luas dan wisatawan untuk berkunjung ke Kota Batu dan mengikuti kegiatan edukasi serta pengalaman bercocok tanam (Farming Education & Experiences). Mulai dari menanam bibit, merawat lahan hingga memanen hasil pertanian pada lahan hamparan seluas 4000 meter.
“Manajemen menerapkan system membership ‘Sewa Kelola Lahan’ dengan berbagai paket ukuran lahan. Dari mulai luas 50 meter persegi dengan harga sewa Rp 3.000.000 dan luas 100 meter persegi dengan harga sewa Rp 5.000.000 dengan masa sewa selama tiga bulan. Selama masa sewa, sudah dihasilkan sayuran dan buah-buahan siap panen dan sepenuhnya adalah hak para member,” paparnya.
Dengan harga paket sewa kelola lahan itu, terangnya, member sudah mendapatkan fasilitas perawatan lahan selama tiga bulan, tersedia 27 lebih varian tanaman seperti varian tomat, varian cabe, varian wortel, varian jagung, paprika, kacang panjang, terong ungu, okra, padi merah, kubis, pacoi, kailan, andewi, slada krop dan masih banyak lagi. Kesemuanya itu, tentunya sangat menyehatkan tubuh bila dikonsumsi, dan khusus member juga berhak mendapatan free lunch ala desa setiap bulannya.
“Konsep sewa kelola lahan ini sebagai alternatif solusi bagi permasalahan petani saat ini. Di mana, saat panen raya tiba, bisa dipastikan harga hasil pertanian anjlok. Melalui program sawah rojo, diharapkan ada kepastian bayar di muka dari member yang menjadikan aktifitas berkebun sebagai rekreasi keluarga,” imbuhnya.
Masih menurut Herman, jika selama ini tidak adanya akses pasar langsung ke konsumen, alias banyak tengkulak yang mempermainkan harga sehingga berdampak ke petani, sekarang petani melalui Sawah Rojo Art Farming, bisa bernafas lega. Karena, sejumlah member yang hadir, tentunya akan membawa jejaring baru bagi petani. Sehingga, sangat dimungkinkan adanya peluang kerjasama lebih jauh lagi dengan petani seperti terbukanya akses pasar langsung hingga kerjasama strategis lainnya yang bersifat Business To Business (B2).
“Transfer knowledge juga akan terjadi secara alamiah, saling tukar pengalaman dan keilmuan antara para member dengan petani, baik dalam hal alih teknologi pertanian hingga kisah – kisah kehidupan lainnya,” imbuhnya.
Inspirasi dari para member yang mempunyai latar belakang profesi beragam, diharapkan menjadi motivasi bagi petani muda di desa untuk berkarya dimana dia dibesarkan di tanah kelahirannya sendiri. Sehingga, tidak perlu berkarir ke kota, sebab banyak potensi desa bila dioptimalkan akan menjadi pusat perekonomian yang luar biasa dan tetap ramah lingkungan. Di samping, menjaga konservasi lahan dan senantiasa mempertahankan Local Wisdom.
“Dengan adanya konsep yang kongkrit ini petani tidak akan lagi menjual lahannya untuk dijadikan perumahan dan praktis alih fungsi lahan tidak akan terjadi. Jika selama ini banyak petani yang mengeluh, bahwa untuk mengerjakan lahan seluas 1.000 meter persegi dengan cara konvensional dan hasilnya sangatlah tidak mencukupi. Namun, melalui program Sawah Rojo Art Farming, penghasilan petani bisa tumbuh signifikan,” terang Herman. (bir/adv/sit)
- Pemerintahan5 tahun
Fraksi PKB dan Gerindra Sepakat APBD 2020 Tetap di Kisaran Rp 1 Triliun Lebih dengan Mendongkrak Peningkatan PAD Kota Batu
- Pemerintahan5 tahun
Usai Hadiri Pemakaman Saudara di Pujon, Puluhan Warga Sumberejo Jalani Screening
- Pemerintahan5 tahun
Batu Paradise Factory Outlet Masih Bandel Buka, Meski Sudah Dapat Teguran
- Hukum & Kriminal5 tahun
Rugikan Nasabah, Koperasi Delta Pratama Dilabrak Pemuda Pancasila
- Pemerintahan5 tahun
Pasar Batu Berpotensi Jadi Cluster Baru Penyebaran Covid-19
- Berita4 tahun
JTP Group Bangun Batu Love Garden Ajak Partisipasi Warga Sekitar
- Berita5 tahun
Pendaki Gunung Buthak Ditemukan Tewas, Lari Dari Rombongan Diduga Kesurupan
- Berita5 tahun
Warga Mojorejo Luruk Perumahan Taman Harmoni, Pasca Salah Satu Pekerjanya Diketahui Sakit